Inilah Rencana SBY Tentang Pemindahan Ibukota Negara Indonesia dari Jakarta

Jumat, 04 Desember 2009



SBY tengah memikirkan lokasi baru pusat pemerintahan. Kalau seperti Malaysia itu tanggung dan tidak sepenuh hati. Cuma 40 km. Sehingga sebagian tidak pindah rumah dan akhirnya jadi jauh dan macet.

Harusnya seperti Brazil yang memindahkan ibukotanya begitu jauh dari Rio de Janeiro ke Brasilia, atau Amerika Serikat dari New York ke Washington DC, Jepang dari Kyoto ke Tokyo, Australia dari Sidney ke Canberra, Jerman dari Bonn ke Berlin.

Karena jauh akhirnya pada pindah rumah. Kalau dekat, misalnya di Jonggol atau Sentul, niscaya orang Tangerang, Bogor, Jakarta, Bekasi, Depok tetap tinggal di rumahnya dan berkantor di ibukota baru. Jalan jauh dan kemacetan pun terus berlangsung.

Pemindahan Ibukota Negara Indonesia dari Jakarta

Pertama-tama kita harus sadar bahwa pemindahan ibukota dari satu kota ke kota lain adalah hal yang biasa dan pernah dilakukan. Sebagai contoh, Amerika Serikat pernah memindahkan ibukota mereka dari New York ke Washington DC, Jepang dari Kyoto ke Tokyo, Australia dari Sidney ke Canberra, Jerman dari Bonn ke Berlin, sementara Brazil memindahkan ibukotanya dari Rio de Janeiro ke Brasilia. Indonesia sendiri pernah memindahkan ibukotanya dari Jakarta ke Yogyakarta.

Over Populasi (Jumlah penduduk melebihi daya tampung) merupakan penyebab utama kenapa banyak negara memindahkan ibukotanya. Sebagai contoh saat ini Jepang dan Korea Selatan tengah merencanakan pemindahan ibukota negara mereka. Jepang ingin memindahkan ibukotanya karena wilayah Tokyo Megapolitan jumlah penduduknya sudah terlampau besar yaitu: 33 juta jiwa. Korsel pun begitu karena wilayah kota Seoul dan sekitarnya jumlah penduduknya sudah mencapai 22 juta. Bekas ibukota AS, New York dan sekitarnya total penduduknya mencapai 22 juta jiwa. Jakarta sendiri menurut mantan Gubernur DKI, Ali Sadikin, dirancang Belanda untuk menampung 800.000 penduduk. Namun ternyata di saat Ali menjabat Gubernur jumlahnya membengkak jadi 3,5 juta dan sekarang membengkak lagi hingga daerah Metropolitan Jakarta yang meliputi Jabodetabek mencapai total 23 juta jiwa.



Jadi pemindahan ibukota bukanlah hal yang tabu dan sulit. Soeharto sendiri sebelum lengser sempat merencanakan pemindahan ibukota Jakarta ke Jonggol.

Kenapa kita harus memindahkan ibukota dari Jakarta? Apa tidak repot? Apa biayanya tidak terlalu besar? Jawaban dari pertanyaan ini harus benar-benar tepat dan beralasan. Jika tidak, hanya buang-buang waktu, tenaga, dan biaya.

Pertama kita harus sadar bahwa ibukota Jakarta di mana lebih dari 80% uang yang ada di Indonesia beredar di sini merupakan magnet yang menarik penduduk seluruh dari Indonesia untuk mencari uang di Jakarta. Arus urbanisasi dari daerah ke Jakarta begitu tinggi. Akibatnya jika penduduk Jakarta pada zaman Ali Sadikin tahun 1975-an hanya sekitar 3,5 juta jiwa, saat ini jumlahnya sekitar 10 juta jiwa. Pada hari kerja dengan pekerja dari wilayah Jabotabek, penduduk Jakarta menjadi 12 juta jiwa.

Jumlah penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi diperkirakan sekitar 23 juta jiwa. Padahal tahun 1986 jumlahnya hanya sekitar 14,6 juta jiwa (MS Encarta). Jika Jakarta terus dibiarkan jadi ibukota, maka jumlah ini akan terus membengkak dan membengkak. Akibatnya kemacetan semakin merajalela. Jumlah kendaraan bertambah. Asap kendaraan dan polusi meningkat sehingga udara Jakarta sudah tidak layak hirup lagi. Pohon-pohon, lapangan rumput, dan tanah serapan akan semakin berkurang diganti oleh aspal dan lantai beton perumahan, gedung perkantoran dan pabrik. Sebagai contoh berbagai hutan kota atau tanah lapang di kawasan Senayan, Kelapa Gading, Pulomas, dan sebagainya saat ini sudah menghilang diganti dengan Mall, gedung perkantoran dan perumahan.

Hal-hal di atas akan mengakibatkan:
  1. Jakarta akan jadi kota yang sangat macet
  2. Dengan banyaknya orang bekerja di Jakarta padahal rumah mereka ada di pinggiran Jabotabek, akan mengakibatkan pemborosan BBM. Paling tidak ada sekitar 6,5 milyar liter BBM dengan nilai sekitar Rp 30 trilyun yang dihabiskan oleh 2 juta pelaju ke Jakarta setiap tahun.
  3. Dengan kemacetan dan jauhnya jarak perjalanan, orang menghabiskan waktu 3 hingga 5 jam per hari hanya untuk perjalanan kerja.
  4. Stress meningkat akibat kemacetan di jalan.
  5. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) juga meningkat karena orang berada lama di jalan dan menghisap asap knalpot kendaraan
  6. Banjir dan kekeringan akan semakin meningkat karena daerah resapan air terus berkurang.
  7. Jumlah penduduk Indonesia akan terpusat di wilayah Jabodetabek. Saat ini saja sekitar 30 juta dari 200 juta penduduk Indonesia menempati area 1500 km2 di Jabodetabek. Atau 15% penduduk menempati kurang dari 1% wilayah Indonesia.
  8. Pembangunan akan semakin tidak merata karena kegiatan pemerintahan, bisnis, seni, budaya, industri semua terpusat di Jakarta dan sekitarnya.
  9. Tingkat Kejahatan/Kriminalitas akan meningkat karena luas wilayah tidak mampu menampung penduduk yang terlampau padat.
  10. Timbul bahaya kelaparan karena over populasi dan sawah berubah jadi rumah, kantor, dan pabrik. Saat ini pulau Jawa yang merupakan pulau terpadat di dunia 7 x lipat lebih padat daripada RRC. Kepadatan penduduk di Jawa 1.007 orang/km2 sementara di RRC hanya 138 orang/km2. Tak heran di pulau Jawa banyak orang yang kelaparan dan makan nasi aking.

Untuk itu diperlukan penyebaran pusat kegiatan di berbagai kota di Indonesia. Sebagai contoh, di AS pusat pemerintahan ada di Washington DC yang jumlah penduduknya hanya 563 ribu jiwa. Sementara pusat bisnis ada di New York dengan populasi 8,1 juta. Pusat kebudayaan ada di Los Angeles dengan populasi 3,9 juta. Pusat Industri otomotif ada di Detroit dengan jumlah penduduk 911.000 jiwa.

Di AS kegiatan tersebar di beberapa kota. Tidak tertumpuk di satu kota. Sehingga pembangunan bisa lebih merata.

Indonesia juga harus begitu. Semua kegiatan jangan terpusat di Jakarta. Jika tidak, maka jumlah penduduk kota Jakarta akan terus membengkak. Dalam 10-20 tahun, Jakarta akan jadi kota yang mati/semrawut karena jumlah penduduk yang terlampau banyak (saat ini saja kemacetan sudah luar biasa).

Biarlah Jakarta cukup menjadi pusat bisnis. Untuk pusat pemerintahan, sebaiknya dipindahkan ke Kalimantan Tengah.


Kenapa Kalimantan Tengah? Kenapa tidak di Jawa, Sulawesi, atau Sumatra?



Pertama Jawa adalah pulau kecil yang sudah terlampau padat penduduknya. Luas pulau Jawa hanya 134.000 km2 sementara jumlah penduduknya sekitar 135 juta jiwa. Kepadatannya sudah mencapai lebih dari 1.000 jiwa per km2. Apalagi pulau Jawa yang subur dengan persawahan yang sudah mapan seharusnya dipertahankan tetap jadi lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan di Indonesia. Kalau dipaksakan di Jawa, maka luas sawah akan berkurang sebanyak 50.000 hektar! Produksi beras/pangan lain akan berkurang sekitar 200 ribu ton per tahun! Indonesia akan semakin kekurangan pangan karenanya. Selama ibukota tetap di Jawa, pulau Jawa akan semakin padat dan pembangunan tidak tersebar ke seluruh Indonesia. Jawa sudah kebanyakan penduduk/over-crowded!

Ada pun pulau Sumatera letaknya relatif agak di Barat. Dengan jumlah penduduk lebih dari 42 juta, pembangunan di Sumatera sudah cukup lumayan.

Sulawesi dengan luas 189.000 km2 dan jumlah penduduk sekitar 15 juta jiwa masih terlalu kecil wilayahnya. Sumatera dan Sulawesi adalah pulau yang subur dan cocok untuk pertanian. Jadi sayang jika pertumbuhan jumlah penduduk dipusatkan di situ. Belum lagi kedua wilayah ini rawan dengan gempa bumi dan tsunami.

Ada pun Kalimantan luasnya 540.000 km2 dengan jumlah penduduk hanya 12 juta jiwa. Pulau Kalimantan jauh lebih luas dibanding pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi dan jumlah penduduknya justru paling sedikit.



Di pulau Kalimantan juga tidak ada gunung berapi dan merupakan pulau yang teraman dari gempa. Sementara di pesisir Kalimantan Tengah yang berbatasan dengan Laut Jawa juga ombak relatif tenang dan aman dari Tsunami. Ini cocok untuk jadi tempat ibukota Indonesia yang baru.

Sebaliknya Jakarta begitu dekat dengan gunung Krakatau yang ledakkannya 30 ribu x bom atom Hiroshima dengan tsunami setinggi 40 meter. Efek ledakan Krakatau terasa sampai Afrika dan Australia. Sekarang gunung Krakatau yang dulu rata dengan laut telah “tumbuh” setinggi 800 meter lebih dengan kecepatan “tumbuh” sekitar 7 meter/tahun. Sebagian ahli geologi memperkirakan letusan kembali terulang antara 2015-2083. Jadi Jakarta tinggal “menunggu waktu” saja…

kaskus

44 komentar

Anonim mengatakan...

good info gan, makanya sodara2 kita yang "kaum berada" khususnya dijkarta jgn berlaku sombong kalian. dengan kmewahan kalian tidak akan lama. ibu kota pindah nyahok deh kalian he..gantian pulau lain yang ambil alih. kalo jadi hehehe...piss bro

5 Desember 2009 pukul 08.39
Simple mengatakan...

OK Setuju banget dg ide pemindahan ibukota, toh ini juga sdh direncanakan oleh Presiden RI Pertama (Ir.Soekarno) juga diKalimantan (Palangka Raya)

5 Desember 2009 pukul 10.26
iaNto mengatakan...

yup memang dari dulu rencananya khan begitu ibukota negara akan dipindah, tapi sampai sekarang blum kesampaian.
betul apa yang di katakan kang Harjadi, dulu Presiden pertama RI pernah merencanakan Palangkaraya sebagai ibukota NKRI.

semoga cepat kesampain, sehingga pembangunan Indonesia merata.

5 Desember 2009 pukul 14.09
Anonim mengatakan...

tau dech......pusing, kalo jaraknya sich sama aja dgn t4 saya berada sekarang, mana baeknya aja lah bang,kita ngikut saja.

5 Desember 2009 pukul 15.48
Anonim mengatakan...

Kalo di kalteng kayaknya kurang pas untuk jadi pusat pemerintahan.saya kira kaltim lebih cocok karena berada ditengah2 wilayah indonesia.

5 Desember 2009 pukul 15.52
Anonim mengatakan...

hahahaha........para elite .takut gempa kali yeeeee....makanya mo pindah.....heuheuheu

5 Desember 2009 pukul 17.21
Anonim mengatakan...

postingan yang bagus, bisa diusulkan tuh kepada SBY dan anggota MPR dan DPR secepat mungkin biar cepat direalisasikan....

5 Desember 2009 pukul 19.31
meela mengatakan...

bagus jadi pembangunan lebih merata dan perkembangan indonesia lebih sempurna tidak hanya terpusat di jawa, tapi kapan ya ? 10 atau 20 tahun lagi

5 Desember 2009 pukul 19.57
Anonim mengatakan...

Apapun rencananya jika itu membawa indonesia kerah yang lebih baik..kenapa tidak????

5 Desember 2009 pukul 20.24
Anonim mengatakan...

Salut wat om SBY...
Bosen klo Jakart mlulu...
Kapan tempat laen maju klo ga bgini???
Ayo kapan lagi Om...
Lanjutkan....

5 Desember 2009 pukul 20.36
Anonim mengatakan...

Setuju, sekarang ini semuanya tertuju di Jakarta seolah Indonesia=Jakarta.. Padahal masih banyak daerah lain yang masih memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan.

Just Another FUNtastic Blog
http://safril.wordpress.com/

5 Desember 2009 pukul 21.12
Anonim mengatakan...

udah deh pada pulang kampung nape?
empet gw liat lo pada

6 Desember 2009 pukul 04.44
Haris Pradipta mengatakan...

Apakah hutan di Kalimantan juga menjadi pertimbangan? jangan sampai ketika Ibu Kota Negara pindah ke Kalimantan, akan terjadi penggundulan hutan besar2an...
Tidak jadi masalah jika setelah Ibu Kota Negara pindah ke Kalimantan, Jawa dihijaukan kembali.
Seger, rek...

6 Desember 2009 pukul 04.45
Anonim mengatakan...

Ayo..pindah saja...!apa sih yang ga bisa buat indonesia.

6 Desember 2009 pukul 08.04
Anonim mengatakan...

Setuju banget bro, itu namanya pemerataan pembangunan.
Jadi selama 5 tahun di Kalimantan, 5 tahun berikutnya di Sumatera, 5 tahun kemudian di Papua, begitu seterusnya.
Jadi Jakarta dijadiin Hollywoodnya Indonesia ajalah......

6 Desember 2009 pukul 08.51
Harda mengatakan...

Saya setuju, tapi perlu persiapan matang dan panjang kalau akan memilih Palangka Raya sebagai ibukota RI. 2 minggu lalu saya kebetulan menemani anak saya ikut Kejurnas Catur ke-40 di Palangka Raya. Selama 1 minggu saya tinggal di Palangka Raya, kota kecil dan sepi, sangat tertinggal terkait statusnya selaku ibukota provinsi, jika dibandingkan dengan provinsi di Jawa, Sumatera atau Kalimantan.Bahkan taksi saja tidak ada, sehingga kemana" harus naik angkot yg jurusannya sudah tertentu. Gedung pertemuan yang besar hanya satu yaitu Tambun Bungai dengan kapasitas untuk beberapa ratus orang saja.ATM BCA cuma ada 2 unit. Studio 21 hanya 1. Gedung bertingkat dan perkantoran yg luas hampir tidak ada.Bandara Tjilik Riwut kecil sekali.Bisa diibaratkan Palangka Raya saat ini seperti Jakarta tahun 60-an.Butuh waktu lama dan dana sangat besar untuk mempersiapkan kota ini sebagai ibukota.Tapi saya mendukung sekali ibukota RI di pindah ke Palangka Raya sehingga suatu saat saya dan anak saya berkunjung kembali ke kota Cantik ini dan melihat perubahan yang luar biasa...

Salam,
Harda

6 Desember 2009 pukul 18.44
mahasiswa hukum mengatakan...

POKOKNYA ANE SETUJU BANGET DAH JURAGAN! MANTAPS! MERATA SEMUA DAH SDM INDONESIA SEMUANYEE NTAR, JANGAN JAWA AJE DONG. NGOK!

6 Desember 2009 pukul 21.18
erradevi mengatakan...

Pemilihan Palangka Raya sebagai alternatif ibukota sudah dipikirkan matang oleh Presiden pertama kita, Soekarno. Palangka Raya yang tadinya hutan belantara, benar-benar dibangun dari nol setelah kemerdekaan, ditandai pemancangan tiang pertama pembangunan kota oleh Presiden RI pertama, Soekarno 17 Juli 1957.

Dua tahun sejak pembangunan kota ini, terus dirancang melalui rancangan pikiran Ir. Sukarno, mulai dari bundaran besar, taman kota, tiang pancang, istana, bundaran kecil, dan kawasan lainnya.Ini beda dengan Jakarta yang pembangunannya sudah dilakukan Belanda setelah membumihanguskan Jayakarta.

Soal fasilitas, itu bisa dilakukan bertahap. Yang penting pondasi awalnya bagus. Jadi saya sangat sepakat jika ibukota dipindah (ke Palangka Raya). Saya yakin Jakarta masih akan tetap hidup meski tak lagi jadi ibukota.

6 Desember 2009 pukul 21.35
Nagapasha mengatakan...

biaya pemindahannya kira2 berapa ya ?...
http://nagapasha.blogspot.com

6 Desember 2009 pukul 23.14
OME ------> mengatakan...

Negara FEDERAL Mode On....

7 Desember 2009 pukul 00.34
aldiman mengatakan...

siapkah masyarakat yang ada di tempat yang baru itu????

7 Desember 2009 pukul 01.06
A9YnD1LV3R mengatakan...

Setuju...
Lebih baik ibu kota di pindah dari daripada menjadi negara bagian!

7 Desember 2009 pukul 02.42
Pencerah mengatakan...

saya sudah merekomendasikan untuk pindah dari dulu

7 Desember 2009 pukul 03.03
Unknown mengatakan...

untuk Indonesia Lebih Maju. kenapa Tidak..
( edetik.com)

7 Desember 2009 pukul 03.17
Deni mengatakan...

Wah ini baru aq setuju gitu donk......kalimantan kan pulau yg berada di tgh2 kepulauan Indonesia. so gak ada kesenjangan antara provinsi2 yg berjauhan dengan pulau jawa....ide ini sudah lama terpikirkan oleh q hehehe....tp baru teraplikasi skrg oleh pemerintah ckckck....

7 Desember 2009 pukul 03.52
Unknown mengatakan...

99% setuju banget...membuat keputusan seperti ini Jangan ditunda harus dipercepat..karena semakHin cepat kita bergerak semakin kita mudah untuk berbuat yang lebih baik lagi, masalah jakarta don't worry.... penduduk jakarta sudah dewasa dan mapan. beri kesempatan pulau lain menjadi kota cantik lagi...thank yaaa..goood think..

7 Desember 2009 pukul 05.04
tribbiani mengatakan...

beli tanah di kalimantan ah..

7 Desember 2009 pukul 05.08
Ronaldo Rozalino mengatakan...

Selagi untuk kebaikan bangsa Indonesia!! Saya mendukung !!!

7 Desember 2009 pukul 06.04
adiet mengatakan...

bangeeeeddd....stuju bro!!!
asal manusianya juga bisa berubah jadi lebih baeeek lg..berisssssih ga ada korupsi dan hal2 yg bawa manusia kpd jalan kezholiman....

7 Desember 2009 pukul 07.29
toko baju mengatakan...

wah, nyetrum nih ma pikiran gw semalem..
kenapa ibukota gak dipindah aja yah??
disurabya aja gmna??
kan gak jauh beda metropolitannya..
ya itung2 kan ada sejarahnya sama sbagi kota pahlawan gtu..
hehehehe...

7 Desember 2009 pukul 18.46
Andryan mengatakan...

Untuk lah gut tinggal di bali jadi ga kena semburan Karakatau... Hohohohoo..... Iya tuh..Kalimantan sangat cocok sekali./...

Biarkan Bali jadi pusat seni dan budaya saja... Jakarta bisnis... Gitu loh... Kan bagus!

7 Desember 2009 pukul 22.01
benehalfirman mengatakan...

Ada gula ada semut, ada lentera ada laron...dimanapun / kemanapun ibukota dipindah, akhirnya pada berbondong-bondong ikut hijrah mendekati ibukota. Menurut saya hanya masalah waktu aja.Yg terpenting jika benar ibukota pindah, tata kotanya aja yg didahulukan.

8 Desember 2009 pukul 01.06
budi karyono mengatakan...

butuh berapa lama yaa

8 Desember 2009 pukul 03.19
hakeem mengatakan...

setuju. Kalimantan pulau yang besar dan tidak dilewati jalur gempa. Terletak di tengah Indonesia. Industri di Jawa tetap akan berlanjut seperti halnya New York gak ditinggalkan karena ibukota pindah ke Washington D.C. Selain itu, peredaran uang bisa lebih merata, yang mengakibatkan penduduk berpindah ke daerah baru. Pulau Jawa akan tetap padat, tetapi menurun laju kepadatannya.
Secepatnya dipindahkan....

8 Desember 2009 pukul 17.21
kisah mengatakan...

gw sih setujuh banget kalo Ibukota pindah....
JAKARTA MACET.... BIAYA BBM TAMBAH BENGKAK

14 Desember 2009 pukul 19.09
Anonim mengatakan...

Setuju banget dengan pemindahan ibu kota...

biar polusi di Jakarta berkurang..biar Jakarta bisa ditanamin pohon2 dan sawah lebih banyak...
biar pemanasan global berkurang sedikit...

14 Desember 2009 pukul 20.32
Anonim mengatakan...

dari dulu ampe sekarang cuma wacana ga ada realisasi dan keberanian..

14 Desember 2009 pukul 22.58
Anonim mengatakan...

setujuuu... biar pembangunan semakin merata.. dan sodara2 kita di daerah2 gak merasa termarjinalkan.. lagipula jkt dah macet bgt gak betahh...

17 Desember 2009 pukul 00.51
DAYAX BOYZ mengatakan...

TIDAK SETUJU........!!!!

KAMI TIDAK RELA PULAU KAMI DIHANCURKAN OLEH KALIAN.....

TAPI GA PA2 DECH, LAGIAN KAMI SUKA MAKAN DAGING MANUSIA, JADI SEMAKIN BANYAK MANUSIA DI KALIMANTAN MAKA KAMI AKAN SEMAKIN LAPAR...

SEGERA ANTARKAN KEPALA KALIAN KEMARI

HAHAHAHAHA....

22 Desember 2009 pukul 12.42
Susanto mengatakan...

Aku Setuju dipindahkan ke Kalimantan tengah tapi bukan ke Palangkaraya melainkan ke Sampit mengapa demikian ? Karena Palangkaraya posisinya tejepit dan terisolasi di tengah pulau kalimantan tengah, sulit diakses keluar masuknya, tidak ada pelabuhan laut karena Palangkaraya tidak dilalui oleh transportasi jalur laut. Menjadikan Palangkaraya tidak strategis untuk posisi ibukota. Sampit memiliki jalur laut internasional merupakan pintu gerbang utama kalimantan tengah, memiliki pelabuhan dagang nasional maupun internasional, memiliki PDRB terbesar sekalimantan tengah, mudah diakses, posisinya paling strategis diantara semua kota di kalteng, lebih luas daripada palangkaraya, memiliki potensi sda yg paling besar di kalimantan tengah, penghasil CPO terbesar di Indonesia dan untuk seluruh kawasan kalimantan tengah, menjadikan Sampit ujung tombak utama perekonomian kalimantan tengah dan kota terkaya di kalimantan tengah. Sedangkan untuk palangkaraya tidak memiliki itu semua.

25 Desember 2009 pukul 08.37
Irwan junior mengatakan...

Yup pindahkan saja ke Sampit, karena Sampit memiliki nama yg sangat kondang di Indonesia maupun di dunia internasional

25 Desember 2009 pukul 08.53
Risma mengatakan...

Kalau melihat dari letak geografis alamnya, Kotawaringin Timur adalah posisi yg paling terbaik untuk seluruh wilayah kalimantan tengah, karena pesisir dari wilayah ini berbatasan langsung dengan laut jawa, sehingga memiliki akses yang sangat dekat sekali dan mudah di capai dengan pulau pulau lainnya di Indonesia, terutama dengan pulau Jawa, hubungan bisnis dagang antara dua wilayah ini sangat erat sekali, dan ini menyebabkan pembangunan di wilayah Kotawaringin Timur tumbuh dengan amat sangat pesat sekali jika dibandingkan dengan wilayah lainnya di Kalimantan Tengah termasuk Palangkaraya. Alangkah baiknya jika Bapak Presiden SBY mencermati lebih dulu dengan seksama wilayah mana yg paling pantas dan strategis di Kalimantan Tengah yg bisa dijadikan kandidat ibukota RI selanjutnya, kalau menurut pertimbangan beberapa teman disini saya sangat setuju sekali jika Kabupaten Kotawaringin Timur yg beribukota di Sampit itu dijadikan calon ibukota RI selanjutnya dengan alasan yg sudah saya paparkan diatas. Terima Kasih.

26 Desember 2009 pukul 09.59
Hatan Tiring mengatakan...

Kalau menurut saya, biarkan saja kota Palangkaraya tetap menjadi ibukota propinsi Kalimantan Tengah, sedangkan untuk ibukota RI, pindahkan saja Ke Kotawaringin Timur di Sampit begini adilkan ? Jadi inilah yg nantinya disebut SEBAGAI PEMERATAAN PEMBANGUNAN. Sebab biar bagaimanapun juga bila dilihat dari segi posisi, Sampit memang jauh lebih strategis dibandingkan dengan Palangkaraya, karena Sampit memiliki jalur transpotasi laut yg dapat berhubungan secara langsung dengan pulau pulau lainnya di Indonesia. Sebuah kemampuan yg tidak dapat dilakukan oleh kota Palangkaraya. Sekian pendapat saya Trim's

28 Desember 2009 pukul 09.01
Princess Islam mengatakan...

dipindahkan jg tidak masalah kok kan demi kebaikan walaupun aku tinggal di jakarta.
eh kalo jogja jd ibukota macet juga dong

3 Juni 2010 pukul 19.28

Posting Komentar