Gunung Kemukus di Antara Seks dan Ritual

Senin, 15 Februari 2010

Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah. Kawasan itu dikenal bukan karena keindahan alamnya. Ratusan bahkan ribuan dari berbagai kota datang ke sana hanya untuk berziarah dan ritual pesugihan. Pelaksanaan ritual sebenarnya bisa dilaksanakan setiap hari. Namun, terdapat hari-hari tertentu yang dipercaya membawa berkah tersendiri. Misalnya, saat malam Jumat Pon dan malam Satu Suro.

[kemukus.jpg]

Lokasi utama yang dituju para peziarah adalah makam Pangeran Samudro dan para pengawalnya. Ada beberapa versi tentang mitos Pangeran Samodro ini yang masing-masing mempunyai kepentingan sebagai alasan pembenar dalam mencapai tujuan, yaitu versi pemerintah daerah setempat, versi peziarah dan versi penduduk setempat. Berdasarkan pertimbangan bahwa versi pemerintah daerah setempat ‘sering dimuati unsur politis’, maka hanya akan dikemukakan secara ringkas versi peziarah dan versi penduduk setempat saja.

Mitos versi peziarah

Ketika kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1478, berdirilah kerajaan Demak dengan seorang raja bernama Raden Patah. Raden Patah mempunyai putra bernama Pangeran Samodro yang berperilaku tidak terhormat karena dia jatuh cinta kepada ibunya, yaitu R.A. Ontrowulan. Ternyata cintanya itu diterima oleh ibunya. Ketika Raden Patah mengetahui hubungan mereka, Pangeran Samodro dicari dan diburu sampai di Gunung Kemukus.
Sementara itu, R.A. Ontrowulan menjadi gila kepada anaknya sendiri, karenanya ia meninggalkan Demak untuk mencari anaknya itu. Kemudian terjadilah suatu pertemuan yang menyedihkan, dan mereka melakukan hubungan badan yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang ibu dengan anaknya. Selanjutnya datanglah utusan Raden Patah yang hendak membunuh Pangeran Samodro. Lalu dibunuhnyalah Pangeran Samodro itu. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya,
Pangeran Samodro berucap : “Bagi siapa saja yang mempunyai keinginan atau cita-cita, untuk mendapatkannya harus dengan sungguh-sungguh, mantap, teguh pendirian, dan dengan hati yang suci. Jangan tergoda apa pun, harus terpusat pada yang dituju atau yang diinginkan. Dekatkan dengan apa yang menjadi kesenangannya, seperti akan mengunjungi yang diidamkan (dhemenane)”.

Mitos versi penduduk asli

Pangeran Samodro adalah putra tertua istri resmi Prabu Brawijoyo dari kerajaan Majapahit. Ketika menginjak dewasa, untuk mengumpulkan pengalaman yang akan berguna di kemudian hari, ia dilepas ke dunia luar. Beberapa tahun kemudian, Pangeran Samodro kembali ke istana dan ia jatuh cinta kepada salah seorang selir ayahnya yang bernama R.A. Ontrowulan. Cintanya itu diterima. Ketika Prabu Brawijoyo mengetahuinya, beliau sangat marah dan mengusir mereka berdua. Kemudian menetaplah mereka di Gunung Kemukus sebagai suami-istri dengan bahagia.
Sebelum menetap di Gunung Kemukus, mereka mengembara ke daerah yang kini menjadi Kecamatan Sumber Lawang. Suatu tempat perhentian yang sangat disenangi oleh R.A. Ontrowulan adalah sebuah sumber air di kaki gunung yang saat ini dikenal sebagai Sendang Ontrowulan. Di sendang itu pula ia sering duduk dekat pohon jati dan bermeditasi sepanjang hari. Konon, sendang itu dibuatnya dengan menancapkan sebatang tongkat ke dalam tanah. Dan pohon-pohon besar yang menjadi hutan lebat di sekelingnya berasal dari bunga-bunga pengikat rambut yang jatuh ketika R.A. Ontrowulan menggoyangkan rambutnya yang panjang. Pada suatu waktu, ketika R.A. Ontrowulan pergi bermeditasi di sebuah tempat yang jauh dan untuk waktu yang lama, Pangeran Samodro jatuh sakit dan meninggal dunia. Oleh penduduk desa Blorong, jenazahnya dimandikan di Sendang dan dimakamkan. R.A. Ontrowulan tidak mengetahui kejadian itu. Ketika kembali, ia mandi di Sendang dan langsung pergi ke puncak Gunung Kemukus untuk bertemu dengan suami tercinta. Namun yang dijumpainya adalah orang-orang desa yang baru saja menguburkan suaminya. Sangat sedihlah ia, dan ia pun meninggal di tempat itu. Kemudian walaupun sudah larut malam dibuatnyalah makam untuknya. Pada suatu hari, beberapa tahun setelah meninggalnya Pangeran Samodro dan R.A. Ontrowulan, Pangeran Samodro menampakkan diri dalam penglihatan orang tertua di desa. Pangeran Samodro berpesan pada orang tua itu bahwa ia akan memenuhi keinginan setiap orang yang datang ke makamnya dengan membawa bunga, dengan syarat bahwa orang yang datang itu harus memberi kesan telah mempunyai pasangan. Demikianlah mitos Pangeran Samodro dari dua versi yang berbeda, yang rupanya ditafsirkan secara berbeda pula. Menurut keyakinan para peziarah, Pangeran Samodro adalah orang yang sering bertapa dan mempunyai kekuatan sangat besar. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, Pangeran Samodro menginginkan agar para peziarah datang sebanyak tujuh kali dalam waktu peziarahan dan melakukan hubungan seks dengan orang yang bukan pasangan resmi. Jumlah tujuh kali didasarkan pada pengalaman bahwa jumlah tersebut membawa hasil atau rejeki tersendiri. Sedangkan hubungan seks dengan ‘orang yang bukan pasangan resmi’ adalah penafsiran dari kata dhemenane yang ditafsirkan oleh peziarah sebagai kata dhemenan yang berarti ‘pacar gelap’, yaitu laki-laki atau perempuan lain yang bukan suami atau istri (Sumiarni,1999:36).
Adapun dalam penafsiran versi penduduk setempat, walaupun ada persamaan namun sangat berbeda dalam bagian akhir dari cerita mitos tersebut. Pangeran Samodro memang memberi syarat harus adanya pasangan, tetapi tidak mensyaratkan adanya hubungan seks. Hal tersebut dianggap tidak begitu penting dan dapat dilakukan dengan aman di rumah saja. Penduduk setempat yang datang berziarah umumnya membawa pasangan resminya sendiri. Jadi bagi yang berminat mengikutiritual di Gunung Kemukus tinggal pilih saja, mau mengikuti versi yang mana.

[1kemukus2.jpg]

Ritual Gunung Kemukus

Dalam kajian antropologi agama, Victor Turner memberikan definisi ritual, menurut Turner ritual dapat diartikan sebagai perilaku tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam waktu tertentu secara berkala, bukan sekedar sebagai rutinitas yang bersifat teknis, melainkan menunjuk pada tindakan yang didasari oleh keyakinan religius terhadap kekuasaan atau kekuatan-kekuatan mistis. Bagaimana dengan ritual di gunung kemukus?
Tujuan orang datang ke gunung kemukus untuk mengikuti ritual ngaleb berkah. Ritual ngaleb berkah adalah serangkaian upacara yang harus dilakukan para peziarah beserta pasangannya masing-masing. Untuk mengikuti ritual ngaleb berkah ada syarat-syrat yang harus dipenuhi, diantaranya:
1) Peziarah harus membawa bunga dan kemenyan.
2) Sebelum mengunjungi makam, peziarah harus membersihkan diri di Sendang Otrowulan.
3) Pergi ke makam dan menghadap juru kunci dengan membawa persyaratan tadi beserta sejumlah uang se ikhlasnya.
4) Masuk ke ruang makam pangeran Samudra untuk melakukan doa.

Selain persyaratan diatas ada ritual pelengkap ngaleb berkah, walaupun tidak menjadi syarat utama, ada beberapa hal yang dilakukan peziarah untuk melengkapi ritual ngaleb berkah, antara lain; tirakatan, slametan dan berhubungan seks. Tirakatan biasanya dilaksanakan di Pendopo yang terletak di dekat makam Panegran Samudra, menurut juru kunci tirakatan lebih baik jiak dilaksanakan pada malam Jum’at Pon atau malam Jum’at Kliwon.

Ritual Seks Gunung Kemukus

Bisa dikatakan daya pikat yang paling utama bagi peziarah gunug Kemukus adalah hubungan seks bebas. Hubungan seks ini dipercaya sebagai keharusan untuk mendapat berkah dan dapat mempercepat terkabulnya hajat mereka. Para peziarah berpendapat, hubungan seks harus dilakukan sebanyak tujuh kali secara terus-menerus dengan pasangan tetap yang bukan pasangan resminya. Hubungan seks biasanya dilaksanakan di tempat-tempat terbuka, seperti dibawah pohon, di pinggir waduk kedung ombo dibalik kegelapan malam.
Bagi peziarah yang tidak membawa pasangan, mereka dapat mencari teman tidur yang sudah tersedia bahkan ada yang menawarkan diri untuk menemani. Melakukan hubungan seks di sekitar gunung kemukus tidak menjadi masalah, karena hal yang demikian sudah menjadi tradisi dalam mewujudkan permohonannya, apalagi mendapat dukungan petugas keamanan yang melindungi para peziarah agar selamat dari gangguan yang dapat menghambat jalannya ritual mereka.

Menghasilkan Aset Ekonomi



Kalau dilihat dari segi sumber daya alamnya. Wilayah sekitar Gunung Kemukus merupakan lingkungan yang gersang. Hasil pertanian hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Dengan adanya wisata keramat inilah masyarakat setempat bisa mengais penghasilan dari para peziarah yang datang dari berbagai daerah. Sudah pasti peziarah membutuhkan makanan, minuman dan penginapan, oleh karena itu kesempatan ini tidak disiasiakan begitu saja. Masyarakat setempat mendirikan pasar, penginapan, jasa penyewaan tempat, tikar ataupun keperluan lainnya yang berkaitan dengan ritual, sperti bunga, kemenyan dan sebagainya.
Wisata Gunung Kemukus tidak hanya mennguntungkan masyarakat kecil saja, tapi bagi Pemerintah Daerah juga sebgai sumber pendapatan yang cukup besar, dalam setiap tahunnya dari penghasilan Daerah bisa mencapai 170 juta rupiah setiap tahunnya. Tidak menjadi masalah bagi pemerintah tentang image tentang perilaku sesksual yang bermuara pada maraknya PSK yang melacurkan dirinya untuk mendapatkan penghidupan. Salah satu dampak negatif wisata Gunung kemukus adalah bagi masyarakat dan pemerintah setempat terkesan memelihara lokalisasi dan menampung serta menunjang perilaku free sex yang berakibat pada penurunan kualitas dan moral bangsa, karena perilaku tersebut disadari atau tidak akan mengganggu psikologis kehidupan individu dalam keluarga dan masyarakat.


http://referensia-ku.blogspot.com/2010/01/gunung-kemukus.html

http://berita.liputan6.com/progsus/200408/83949/Kemukus.di.Antara.Seks.dan.Ritual

0 comments

Posting Komentar